Minggu, Agustus 19, 2007

Orang Gila di HP-ku

PERNAH berurusan dengan orang gila? Saya lagi. Ini bener-bener gila dalam arti sebenarnya bukan gila-gilaan. Saya memang kadang suka juga dengan hal-hal yang berbaru “gila”, tapi dalam arti yang lucu-lucuan. Dulu semasa jaman-jaman SD-SMP saya menggandrungi tokoh Wiro Sableng, karangan Bastian Tito, karena tokohnya “gila”. Saya sendiri banyak memiliki kebiasaan aneh, yang kadang di-”gila”-kan oleh temen-temen. Si Iva kerap mengomel ‘Dasar nu gelo!’ pada saya, bila dia sedang kesal karena saya kerjaain.

Tapi yang ini beda. Ini bener-bener gila dalam arti sinting, sakit!

Begini ceritanya:

Kira-kira tiga bulan yang lalu, ketika masih tinggal di Bandung, saya menerima sebuah sms gak nyambung dari sebuah nomor tak dikenal. Semula itu tak saya hiraukan. Meski tak sering, memang satu atau dua kali ada pernah juga saya menerima orang salah sambung atau salah sms. Tapi sms itu ternyata berlanjut dengan sebuah permintaan maaf sudah salah pencet. Anehnya dia kemudian bersikeras menanyakan siapa saya. Saya jawab sekenanya. Saya masih berfikir ini orang salah sambung.

Tapi jawaban saya rupanya membuat orang gila ini bersemangat. Dia terus memberondong saya dengan beberapa pertanyaan susulan. Tak berhasrat untuk bermain-main, saya tak menanggapinya. Tapi rupanya itu membuatnya tambah penasaran. Berkali-kali dia miscall. Ketika saya angkat, langsung diputus. Saya mulai merasa heran dengan maksud orang ini.

Ternyata hal itu berlanjut setiap hari, bahkan sampai saya pindah dari Bandung. Ada saja yang ditanyakannya dan selalu meminta saya menjawab dengan membubuhkan : bls pls di akhir sms-nya. Penasaran, saya tanyakan apakah saya mengenal dia. Dia menjawab tidak dan mengaku bahwa dia benar-benar salah pencet. Tapi saya yakin dia berbohong. Bila tidak, mana mungkin dia mengubungi saya terus. Dia mengenalkan diri sebagai seorang laki-laki, kelas satu SMA. Dia juga mengatakan tinggal di sebuah daerah yang sama denganku. Ketika saya tanyakan maksud terus meng-sms-ku dengan kurang ajar dia menjawab: iseng aja gak ada kerjaan.

Yang mengherankanku adalah cara dia menulis setiap sms-nya. Tulisannya sama sekali tak menunjukan bahwa dia adalah seorang lelaki. Setiap huruf yang diketik dia atur sedemikian rupa besar kecilnya, mirip sms-sms dari teman-teman cewek saya, dengan bahasa gaul khas abg sekarang. Saya sempat menyangka dia seseorang yang lain. Tetapi setelah saya pancing dia dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang homo, keluar juga sifat aslinya. Bahasanya menjadi kasar dan sembrono. Baru saya yakin dia memang seorang batangan. Mungkin bencong, meski berkali-kali mengatakan bahwa dia sudah punya pacar cewek yang bernama Nur. Dugaan saya dia adalah tetangga saya ketika masih di Bandung. Meski saya tak bisa menebak-nebak yang mana.

Tentu saja ini membuat saya terganggu, terutama karena miscall-annya yang tak mengenal waktu. Pagi, siang, sore bahkan tengah malam. Karena jengkel, sempat pula saya maki-maki dia. Beberapa kali dia terpancing, bahkan pernah berjanji takkan mengganggu saya lagi. Tapi besoknya, miscall lagi. Sms lagi. Lama-lama saya cuekin dia sama sekali.

Tapi itu tak menghentikan dia. Hampir setiap hari dia dengan setia mengirim sms atau memiscall saya. Menanyakan kabar saya di tempat baru atau pura-pura salah mengirim sms, lalu meminta maaf. Pernah juga dia meminta agar saya mengakui bahwa saya-lah yang sering meneror dia dengan nomor tertentu. Tapi tak pernah saya respons. Keinginan untuk memaki-maki atau menyerangnya selalu saya tahan, karena akhirnya saya sadar: ini orang sakit. Dan tak ada gunanya berkomunikasi dengan orang seperti ini. Mungkin dia terkena semacam sindrom yang membuatnya merasa bahwa dia adalah orang yang sangat istimewa sehingga setiap orang tertarik kepadanya.

Lama-lama saya jadi terbiasa. Bahkan kadang aneh juga bila sehari tanpa miscall-an atau sms salah sambungnya. Saya juga coba pernah mengerjainya. Dengan hp anak-anak, saya sms atau miscall dia. Hasilnya, bagaikan penyakit menular. Anak-anak mengeluh karena hampir tiap hari di miscall oleh nomor tersebut. Saya hanya tertawa.

Putus asa karena tak juga berhasil menarik perhatian saya, rupanya dia menggunakan strategi baru. Beberapa hari yang lalu dia mengaku sebagai saudaranya dan mengabarkan bahwa dia terkena kecelakaan dan dalam keadaan koma. Tapi tetap saya cuekin. Dua hari kemudian datang sms yang mengatakan (dia masih mengaku sebagai saudaranya) bahwa dia telah meninggal akibat kecelakaan. Konyolnya, tulisan Innalillahi-nya, seperti biasa, diatur besar kecilnya (digaulkan) sehingga tak mengesankan kesedihan. Juga saya cuekin. Bahkan lega. Saya pikir, kalau dia sudah mengaku meninggal dia tak mungkin punya alasan mengganggu saya lagi.

Ternyata dugaan saya salah. Tiga hari yang lalu datang lagi sms. Kali ini dia mengatakan bahwa hp-nya beberapa hari dipinjam sama orang lain, jadi kabar-kabar mengenai dirinya semua bohong. Lha, hidup lagi ni orang rupanya!

Dan sampai kini, sudah hampir tiga bulan, dia masih setia meng-sms dan memiscall saya hampir setiap hari.

Dasar sakit!

1 komentar:

imgar mengatakan...

hohoho..
pengagum gelap tuh..
yang nge-fans..

tiga bulan..? setiap hari..? wow..
ajak ketemuan atuh..siapa tau geulis.. :D

eh, tapi 'sakit' ya..? males aja sih..