PUNAH sudah harapan Chelsea mempertahankan gelar musim ini, setelah tadi malam ditahan imbang Arsenal 1 – 1. Padahal mereka membutuhkan kemenangan untuk menjaga peluang mengejar MU. Terlebih mereka memiliki kesempatan memperkecil jarak Kamis depan, ketika harus menjamu pasukan Alex Ferguson itu di Stamford Bridge, yang digadang-gadang sebagai pertandingan “the real final”. Apa lacur, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Pasukan the Blues mencapai antiklimaks terlalu cepat. Ini seakan melengkapi derita kekalahan adu pinalti dari Liverpool di Liga Champion minggu lalu. Sungguh menyakitkan.
Mestinya memang Mourinho menangisi kepergian Gallas ke Arsenal musim ini. Benar, mereka mendapatkan Ashley Cole, yang dianggap masih terbaik di posisi bek kiri. Tetapi akibatnya Mourinho kehilangan pelapis yang pas untuk Terry dan Carvalho disaat keduanya tak bisa tampil, baik karena cedera maupun akumulasi kartu (dan faktanya memang di musim ini keduanya cukup sering tak bisa tampil justru di saat-saat menentukan). Khalid Boulahrouz yang tadinya dipersiapkan ternyata sungguh mengecewakan (puncaknya adalah blundernya tadi malam). Mourinho malah seringkali harus bereksperimen menarik Essien ke belakang. Meskipun cukup efektif, namun beberapa kali sempat menyebabkan mereka kehilangan angka, terutama di awal-awal ketika Essien harus beradaptasi, yang membuat mereka terus tertinggal poin dari MU. Mundurnya Essien juga menyebabkan mereka kehilangan penggedor dari lini tengah. Jadi PR untuk musim depan pertama adalah: mencari pemain belakang, terutama Stopper, yang tangguh. Kalau bisa yang berkharakter seperti Gallas, yang bisa bermain di segala posisi.
Mourinho pun harus mulai merancang kembali pola permainan yang akan dipakai, terutama disesuaikan dengan kharakter pemain yang ada. Karena yang cukup terasa berkurang di musim ini, dibanding dua musim sebelumnya, adalah produktivitas gol. Banyak orang berpendapat ini akibat mandulnya Sheva, sebagai tandemnya Drogba, yang tadinya sangat diharapkan. Sekilas ini benar. Terbukti memang musim ini “The Blues” sangat bergantung pada Drogba. Tetapi sebenarnya hal ini tidak lepas dari pola permainan yang diterapkan Mourinho.
Masuknya Ballack di sektor tengah, yang malah menjadi salah satu pemain “The Untouchable” Mourinho, menyebabkan berkurangnya jatah satu pemain di gelandang. Ini karena peran Ballack yang cenderung tak jelas. Membantu penyerangan, jelas menjadi tugas yang sejak semula diemban Lampard. Sementara yang berperan sebagai gelandang bertahan lebih tepat bila dilakukan oleh Makalele atau Obi Mikel. Walhasil, peran Ballack hanya menjadi perantara belaka. Membantu penyerangan dan membantu pertahanan. Memang, sektor tengah jadi lebih kuat karenanya, tetapi kharakternya menjadi lebih defensif, karena harus mengorbankan satu posisi di sayap, yang sebenarnya sebelumnya menjadi inti kekuatan Chelsea. Kita tahu di sana ada Joe Cole, Arjen Robben dan Shaum Right-Philip, yang sangat cepat.
Rotasi pemain juga harus mulai sering dilakukan. Ini karena musim depan, selain main di liga Priemer, Chelsea juga harus berlaga di banyak turnamen. Mourinho tak lagi harus bergantung pada beberapa pemain inti, yang bila mereka tak bisa main menyebabkan pola permainan yang kalang kabut. Dalam hal ini Mourinho agaknya harus belajar pada Rafael Benitez, yang sukses menerapkan sistem rotasi di Liverpool, tanpa banyak mengurangi kekuatannya. Pemain-pemain muda harus sering diberi kesempatan, untuk menjaga regenerasi. Yang perlu dipikirkan juga adalah mencari tandem yang lebih tajam buat Drogba. Sheva agaknya kurang bisa diharapkan. Apalagi mengingat usianya yang juga tak lagi muda.
Selain itu, yang juga sangat penting adalah menjaga stabilitas tim. Ketidak-akuran Mourinho dan Abramovich yang sempat mencuat, mau tak mau berpengaruh pula bagi motivasi para pemain. Abramovich harus lebih belajar bersabar, karena tekanan yang berlebih justru juga tak bagus. Terbukti musim ini. Tekanan harus meraih quadruple, malah membuat Terry cs. kerap grogi, sehingga banyak menyia-nyiakan kesempatan. Kini harapan hanya tinggal di piala FA (selain piala Carling yang sudah ditangan tentunya).
Demikianlah, musim ini harus menjadi pelajaran dan introspeksi buat Mourinho dan jajaran The Blues pada umumnya. Biar saja, gelar hilang untuk sementara. Tahun depan kita ambil lagi. Dan yang penting, pertandingan melawan MU Kamis depan dan di final piala FA: harus menang!
Gimana Om Mo?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar