Jumat, Desember 09, 2011

Kiprah Indah LMDH Wana Mekar

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Sukamekar di Kampung Ciharum Desa Sukamekar Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur didirikan oleh para petani hutan tahun 2005. Tujuannya meningkatkan kesejahteraan anggota dengan mengoptimalkan potensi hutan yang berada di pangkuan desa Sukamekar. Kini jumlah anggotanya mencapai 300 orang dengan 10 orang pengurus.

“Mereka terdiri dari penyadap getah pinus, petani tumpangsari dan para pekerja di tebangan,” kata A Juhana, sang ketua, saat ditemui beberapa waktu lalu. LMDH tersebut mengelola hutan pangkuan desa Sukamekar yang masuk wilayah pengelolaan RPH Campaka BKPH Sukanagara Utara Perum perhutani KPH Cianjur. Luasnya 1.071,08 Ha, terdiri dari tegakan Pinus, rasamala, pulai, acacia mangium, mindi dll.

“Kami bersama-sama Perhutani mengelola hutan,” ujar Juhana. Sejak tahun 2007, LMDH telibat dalam kegiatan pembuatan tanaman dengan hasil yang sangat baik. Sebanyak 47 anggota aktif menjadi penyadap getah pinus. Anggota juga menjadi tenaga kerja pada saat dilakukan kegiatan tebangan. Limbah tebangan/kayu bakarnya dapat mereka manfaatkan dengan gratis.

Para petani hutan memanfaatkan lahan dengan tumpang sari padi gogo, kacang-kacangan, jagung dan cabe. Hasilnya dirasakan sangat membantu perekonomian mereka.

“Kami pun turut mengamankan hutan,” lanjut Juhana. Angka gangguan hutan terbukti terus menurun. Tahun 2007, di wilayah tersebut tercatat terdapat 2 LA (laporan kepolisian atas kehilangan pohon). Tahun 2008 angka tersebut menurun menjadi hanya 1 LA. Dan sejak 2009 tidak ada lagi LA. “Kami terus melakukan penyadaran kepada para penggarap untuk membantu pengamanan,” lanjutnya.

Keberadaan mereka ternyata menarik perhatian pemerintah daerah setempat. Melihat potensi yang baik dari kelompok tersebut, Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur pun memberikan bantuan ternak sapi. “Pada 2007 – 2008 kami mendapat sebanyak 50 ekor sapi. Bila diuangkan nilainya kurang lebih Rp.500 juta,” kata Juhana.

Kini sapinya berkembang menjadi 80 ekor dan melibatkan sebanyak 28 orang peternak yang tersebar di beberapa kandang. “Kebutuhan pakan dicukupi dengan rumput gajah yang ditanam di sekitar kandang dan yang ditanam di bawah tegakan dalam kawasan hutan.”

Mereka juga mengembangkan kopi arabika di bawan tegakan. Penanaman kopi kopi sudah dimulai sejak Tahun 2008 seluas 16,30 Ha. Pada tahun 2009, Perhutani KPH Ciajur memberikan bantuan pinjaman PKBL sebesar 15 juta rupiah. Pinjaman tersebut sebagian digunakan untuk persemaian kopi. Tahun 2011 direncanakan untuk memperluas penanaman kopi yang sampai 70 Ha yang bibitnya didapat dari hasil persemaian tersebut.

Tahun 2010, mereka kembali mendapat bantuan dari Dinas Peternakan berupa pembangunan satu Unit rumah kompos dengan mesin pembuat kompos. Juga bantuan dari Gubernur melalui Dinas Pertanian berupa pupuk sebanyak 3 ton.

Keberadaan LMDH, tidak hanya dirasakan oleh para anggota, tetapi juga oleh warga masyarakat lain. Seiring dengan kondisi permodalan LMDH yang membaik, mereka pun menyelenggarakan program-program sosial.

Sekretariat yang mereka bangun, mereka fungsikan sebagai tempat belajar 24 anak PAUD dan Posyandu. LMDH juga membantu membangun Madrasah di kampung, membantu pembuatan balai tempat belajar di luar ruangan Sekolah Dasar, membangun MCK, membantu perbaikan jembatan desa, serta menyantuni anak yatim.

“Kami pun memberikan bantuan biaya pengobatan bagi anggota yang sakit,” kata Juhana.

Kini, Pengurus LMDH punya obsesi lain. Yaitu giat menanamkan kembali nilai-nilai gotong royong di tengah masyarakat yang hampir pudar.

“Kami sering menggerakkan anggota LMDH untuk bersama-sama membantu memperbaiki rumah warga yang rusak,” ujar Juhana.

Sebuah kiprah rakyat kecil yang indah.

Catatan: tulisan ini dimuat di Duta Rimba

Rabu, Agustus 29, 2007

Dan Ecca pun Pulang

Meski awalnya tak suka, ternyata setelah diperhatikan, program reality show Mamamia di Indosiar seru juga. Kontes menyanyi remaja yang dimanajeri masing-masing ibu tersebut ini tidak hanya menyuguhkan kompetisi dalam hal teknis olah vokal, tetapi juga menyangkut banyak hal, mulai setting panggung, tata busana, gaya koreografi dan terutama –yang paling menarik, adalah keterlibatan emosial di antara para anak-anak dan ibunya. Banyak kejadian-kejadian dramatis yang terjadi, dari pingsannya seorang ibu karena anaknya masuk “zona kritis,” anak-anak yang ngambek (atau sebaliknya) karena ketidaksetujuan konsep, penampilan Fiersha yang membuat Dhani “nderes mili,” komentar-komentar “Dewan Eksekutor” yang pedas plus protes ibu-ibu terhadapnya, sampai pada kejutan-kejutan yang memang dirancang sendiri oleh pembuat acara.

Dan di minggu ini –yang main malam tadi– tersisa lima peserta: Margareth, Mytha, Ajeng, Ecca dan Fiersha. Kelima remaja ini memang bisa dikatakan yang terbaik, karena mereka memiliki keunggulan masing-masing, baik dari segi teknis olah vokal maupun yang menyangkut sisi emosionalitasnya. Margareth dan Mytha misalnya. Keduanya memiliki teknis olah vokal yang sangat prima. Margareth bisa dikatakan terbaik dalam hal ini. Dia bisa membawakan setiap lagu tidak saja dengan sempurna tetapi juga berkharakter. Penampilan sang ibu, Sayidah, juga tak kalah menarik. Tingkahnya yang lugu dan kocak memberi nilai tambah yang signifikan untuk menarik para juri “votelock” memilihnya. Sementara Mytha sangat matang dalam musik jazz. Dalam sebuah komentarnya, Helmi Yahya mengatakan bahwa Andien baru telah lahir. Penampilan Mytha, kharakter vokal maupun wajahnya, memang mengingatkan kita pada penyanyi jazz muda itu. Meski sempat tersandung karena salah memilih lagu pada minggu sebelumnya, posisi Mytha nampaknya akan masih sangat aman, khususnya dari eksekusi para eksekutor. Penampilan sang ibu yang kalem juga memiliki kelebihan tersendiri. Saya bahkan memprediksikan, dari keseluruhan peserta, mungkin hanya kedua anak ini yang akan memiliki karir yang panjang dalam musik Indonesia.

Tiga lainnya juga memiliki daya tarik yang tak kalah, terutama secara emosionalitas. Ada Fiersha yang kerap membuat kita terharu. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki ia bisa tampil dengan tegar dan penuh semangat yang membuat kita sangat terenyuh. Penampilan terbaiknya adalah ketika di hari ulang tahunnya dia menyanyikan lagu Air Mata Ibu dengan sempurna yang membuat para pendengarnya merinding dan berkaca-kaca. Didampingi sang ibu yang nampak sekali sebagai seorang “pejuang,” Fiersha mungkin adalah yang paling peserta yang paling diingat oleh para penonton rumahan. Helmi sendiri berkali-kali mengatakan bila saja kompetisi ini ditentukan dengan format sms besar kemungkinan Fiersha yang akan menang. Sementara Ajeng tak kalah faktor emosionalitas-nya. Latar belakang yang sulit sebagai seorang pengamen jalanan memberi dia tempat tersendiri di hati para penonton. Terlebih karena dengan latar belakang seperti itu dia tampil penuh percaya diri dan ceria. Ajeng seakan-akan mewakili komunitas “orang –orang pinggiran” yang dengan gagah berani menantang gemerlap dunia showbiz yang konon tak berbelas kasihan.

Terakhir adalah Ecca. Dia adalah favorit saya. Penampilannya yang imut dan lucu sungguh menggemaskan. Helmi bilang, bahkan bila Ecca tak nyanyi pun orang sudah akan memilih dirinya karena ia memang memiliki daya tarik yang kuat karena ke-imutan-nya. Penampilan terbaiknya menurut saya adalah ketika ia menyanyikan lagu Apa Kata Bintang membuat besoknya saya langsung mencari kaset Gita Gutawa. Sophia Latjuba mengatakan salah satu keunggulan Ecca adalah karena dia tampil sesuai umurnya. Sayangnya, dengan kharakter seperti itu, seperti yang pernah dikeluhkan ibunya, Ecca tak punya banyak lagu yang selalu cocok dinyanyikan, sehingga di beberapa minggu terakhir terpaksa menjadi dewasa juga dengan menyanyikan lagu cinta. Apalagi kompetisi memang berjalan cukup panjang.

Dan salah satu konsekwensi dari panjangnya kompetisi juga adalah kebosanan. Pada peserta yang lebih menampilkan sisi emosionalitas sebagai keunggulannya sudah mulai mendapatkan dampaknya. Malam tadi, dari kelimanya, hanya Margareth dan Mytha –yang memiliki keunggulan dalam bidang teknis, yang dalam posisi aman. Tiga yang lain, bahkan Fiersha yang biasanya selalu aman, masuk zona kritis. Dan akhirnya Ecca pun harus tersisih. Sedih memang. Namun, apapun, ini adalah konsekwensi dari sebuah kompetisi.

Well, C U Ecca!

Sabtu, Agustus 25, 2007

Yang Terbaru dari Ada

Pasca keluarnya Baim, Ada Band tampil dengan sebuah konsep baru: lebih ngepop, sederhana dan manis. Ini tentu saja disesuaikan dengan karakter vokal Donnie yang memang “tak rumit” di telinga. Dan ternyata berhasil. Bahkan bisa dikatakan konsep baru ini lebih diterima ketimbang ketika masih masih divokali Baim yang cenderung lebih ngerock. Hal ini patut diacungi jempol, karena tidak mudah sebuah band membentuk kembali identitasnya –dan diterima, setelah berganti vokalis, yang tentu saja menjadi sejak awal ciri khas utama band tersebut. Tak banyak yang bisa begitu. Yang terbilang sukses paling hanya Dewa, dari Ari Lasso ke Once.

Dengan konsep baru tersebut, Ada Band kini telah menempati sebuah ruang yang tak tergantikan band-band lain di kalangan pendengarnya. Lagu-lagu mereka menjadi akrab karena memang simpel dan mudah dicerna. Tak berlu berkernyit untuk menikmati nomor-nomor semacam Masih (Sahabatku, Kekasihku), Manja, Jadikan Aku Raja atau Manusia Bodoh. Di kantor saya, single-singel tersebut menjadi sangat favorit untuk dinyanyikan dalam lomba karaoke. Pada awal kemunculannya, lewat album Metamorphosis pada tahun 2003, mereka bahkan mungkin satu-satunya band yang masih menjadi pilihan di tengah kuatnya cengkraman dominasi Peterpan yang sedang puncak-puncaknya --disaat meredupnya pamor band-band dan penyanyi pencetak penjualan lebih satu juta keping: Dewa, Padi, Jamrud, S07 dan Kris Dayanti.

Album-album mereka, meski tak se-spektakuler band-band yang disebut tadi, tetapi juga tak mengecewakan. Mungkin posisinya hampir sama dengan Gigi. Tak sedikit, tetapi juga tak terlalu banyak. Kebetulan dalam hal produktivitas keduanya hampir sama, secara rutin mengeluarkan album bahkan kadang dalam waktu yang relatif cepat.

Ada banyak singel-singel yang mengingatkan kita pada mereka. Metamorphosis menghasilkan single-single akrab seperti Manja dan Masih (Sahabatku Kekasihku). Di album The Best of Discography ada Jadikan Aku Raja dan Dimanakah. Album Heaven of Love mencuatkan Manusia Bodoh dan Setengah Hati. Di Album Roman Raphsody ada Haruskah Ku Mati, selain single jagoan Karena Wanita Ingin Dimengerti.

Di pertengahan tahun ini Ada Band kembali mengeluarkan album baru bertajuk Cinema Story. Kini agak lain karena Album ini merupakan soundtrack dari sebuah film berjudul Selamanya. Menyajikan 6 lagu baru dan 6 lagu lama, Ada Band masih tampil dengan ciri khasnya. Ada best cut Akal Sehat yang dijadikan jago, namun yang lebih ngetop nampaknya adalah Nyawa Hidupku seperti yang diiklankan di TV-TV. Lagu ini memang memiliki refrain yang lumayan enak, tipe-tipenya seperti lagu Haruskah Ku Mati. Meski begitu, di banding album-album sebelumnya, album ini terasa lebih 'sulit'. Dibutuhkan beberapa kali putaran untuk dapat menikmatinya. Alur nada-nadanya lebih susah ditebak –gejala yang sebenarnya sudah hampir terlihat di album terakhir. Walhasil yang ini nampaknya agak susah untuk menjadi favorit lomba karaoke lagi. Tapi untuk menemani kita menyetir, lumayanlah.

Minggu, Agustus 19, 2007

Orang Gila di HP-ku

PERNAH berurusan dengan orang gila? Saya lagi. Ini bener-bener gila dalam arti sebenarnya bukan gila-gilaan. Saya memang kadang suka juga dengan hal-hal yang berbaru “gila”, tapi dalam arti yang lucu-lucuan. Dulu semasa jaman-jaman SD-SMP saya menggandrungi tokoh Wiro Sableng, karangan Bastian Tito, karena tokohnya “gila”. Saya sendiri banyak memiliki kebiasaan aneh, yang kadang di-”gila”-kan oleh temen-temen. Si Iva kerap mengomel ‘Dasar nu gelo!’ pada saya, bila dia sedang kesal karena saya kerjaain.

Tapi yang ini beda. Ini bener-bener gila dalam arti sinting, sakit!

Begini ceritanya:

Kira-kira tiga bulan yang lalu, ketika masih tinggal di Bandung, saya menerima sebuah sms gak nyambung dari sebuah nomor tak dikenal. Semula itu tak saya hiraukan. Meski tak sering, memang satu atau dua kali ada pernah juga saya menerima orang salah sambung atau salah sms. Tapi sms itu ternyata berlanjut dengan sebuah permintaan maaf sudah salah pencet. Anehnya dia kemudian bersikeras menanyakan siapa saya. Saya jawab sekenanya. Saya masih berfikir ini orang salah sambung.

Tapi jawaban saya rupanya membuat orang gila ini bersemangat. Dia terus memberondong saya dengan beberapa pertanyaan susulan. Tak berhasrat untuk bermain-main, saya tak menanggapinya. Tapi rupanya itu membuatnya tambah penasaran. Berkali-kali dia miscall. Ketika saya angkat, langsung diputus. Saya mulai merasa heran dengan maksud orang ini.

Ternyata hal itu berlanjut setiap hari, bahkan sampai saya pindah dari Bandung. Ada saja yang ditanyakannya dan selalu meminta saya menjawab dengan membubuhkan : bls pls di akhir sms-nya. Penasaran, saya tanyakan apakah saya mengenal dia. Dia menjawab tidak dan mengaku bahwa dia benar-benar salah pencet. Tapi saya yakin dia berbohong. Bila tidak, mana mungkin dia mengubungi saya terus. Dia mengenalkan diri sebagai seorang laki-laki, kelas satu SMA. Dia juga mengatakan tinggal di sebuah daerah yang sama denganku. Ketika saya tanyakan maksud terus meng-sms-ku dengan kurang ajar dia menjawab: iseng aja gak ada kerjaan.

Yang mengherankanku adalah cara dia menulis setiap sms-nya. Tulisannya sama sekali tak menunjukan bahwa dia adalah seorang lelaki. Setiap huruf yang diketik dia atur sedemikian rupa besar kecilnya, mirip sms-sms dari teman-teman cewek saya, dengan bahasa gaul khas abg sekarang. Saya sempat menyangka dia seseorang yang lain. Tetapi setelah saya pancing dia dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang homo, keluar juga sifat aslinya. Bahasanya menjadi kasar dan sembrono. Baru saya yakin dia memang seorang batangan. Mungkin bencong, meski berkali-kali mengatakan bahwa dia sudah punya pacar cewek yang bernama Nur. Dugaan saya dia adalah tetangga saya ketika masih di Bandung. Meski saya tak bisa menebak-nebak yang mana.

Tentu saja ini membuat saya terganggu, terutama karena miscall-annya yang tak mengenal waktu. Pagi, siang, sore bahkan tengah malam. Karena jengkel, sempat pula saya maki-maki dia. Beberapa kali dia terpancing, bahkan pernah berjanji takkan mengganggu saya lagi. Tapi besoknya, miscall lagi. Sms lagi. Lama-lama saya cuekin dia sama sekali.

Tapi itu tak menghentikan dia. Hampir setiap hari dia dengan setia mengirim sms atau memiscall saya. Menanyakan kabar saya di tempat baru atau pura-pura salah mengirim sms, lalu meminta maaf. Pernah juga dia meminta agar saya mengakui bahwa saya-lah yang sering meneror dia dengan nomor tertentu. Tapi tak pernah saya respons. Keinginan untuk memaki-maki atau menyerangnya selalu saya tahan, karena akhirnya saya sadar: ini orang sakit. Dan tak ada gunanya berkomunikasi dengan orang seperti ini. Mungkin dia terkena semacam sindrom yang membuatnya merasa bahwa dia adalah orang yang sangat istimewa sehingga setiap orang tertarik kepadanya.

Lama-lama saya jadi terbiasa. Bahkan kadang aneh juga bila sehari tanpa miscall-an atau sms salah sambungnya. Saya juga coba pernah mengerjainya. Dengan hp anak-anak, saya sms atau miscall dia. Hasilnya, bagaikan penyakit menular. Anak-anak mengeluh karena hampir tiap hari di miscall oleh nomor tersebut. Saya hanya tertawa.

Putus asa karena tak juga berhasil menarik perhatian saya, rupanya dia menggunakan strategi baru. Beberapa hari yang lalu dia mengaku sebagai saudaranya dan mengabarkan bahwa dia terkena kecelakaan dan dalam keadaan koma. Tapi tetap saya cuekin. Dua hari kemudian datang sms yang mengatakan (dia masih mengaku sebagai saudaranya) bahwa dia telah meninggal akibat kecelakaan. Konyolnya, tulisan Innalillahi-nya, seperti biasa, diatur besar kecilnya (digaulkan) sehingga tak mengesankan kesedihan. Juga saya cuekin. Bahkan lega. Saya pikir, kalau dia sudah mengaku meninggal dia tak mungkin punya alasan mengganggu saya lagi.

Ternyata dugaan saya salah. Tiga hari yang lalu datang lagi sms. Kali ini dia mengatakan bahwa hp-nya beberapa hari dipinjam sama orang lain, jadi kabar-kabar mengenai dirinya semua bohong. Lha, hidup lagi ni orang rupanya!

Dan sampai kini, sudah hampir tiga bulan, dia masih setia meng-sms dan memiscall saya hampir setiap hari.

Dasar sakit!

Senin, Mei 07, 2007

Chelseaku Sayang, Chelseaku Malang

PUNAH sudah harapan Chelsea mempertahankan gelar musim ini, setelah tadi malam ditahan imbang Arsenal 1 – 1. Padahal mereka membutuhkan kemenangan untuk menjaga peluang mengejar MU. Terlebih mereka memiliki kesempatan memperkecil jarak Kamis depan, ketika harus menjamu pasukan Alex Ferguson itu di Stamford Bridge, yang digadang-gadang sebagai pertandingan “the real final”. Apa lacur, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Pasukan the Blues mencapai antiklimaks terlalu cepat. Ini seakan melengkapi derita kekalahan adu pinalti dari Liverpool di Liga Champion minggu lalu. Sungguh menyakitkan.

Mestinya memang Mourinho menangisi kepergian Gallas ke Arsenal musim ini. Benar, mereka mendapatkan Ashley Cole, yang dianggap masih terbaik di posisi bek kiri. Tetapi akibatnya Mourinho kehilangan pelapis yang pas untuk Terry dan Carvalho disaat keduanya tak bisa tampil, baik karena cedera maupun akumulasi kartu (dan faktanya memang di musim ini keduanya cukup sering tak bisa tampil justru di saat-saat menentukan). Khalid Boulahrouz yang tadinya dipersiapkan ternyata sungguh mengecewakan (puncaknya adalah blundernya tadi malam). Mourinho malah seringkali harus bereksperimen menarik Essien ke belakang. Meskipun cukup efektif, namun beberapa kali sempat menyebabkan mereka kehilangan angka, terutama di awal-awal ketika Essien harus beradaptasi, yang membuat mereka terus tertinggal poin dari MU. Mundurnya Essien juga menyebabkan mereka kehilangan penggedor dari lini tengah. Jadi PR untuk musim depan pertama adalah: mencari pemain belakang, terutama Stopper, yang tangguh. Kalau bisa yang berkharakter seperti Gallas, yang bisa bermain di segala posisi.

Mourinho pun harus mulai merancang kembali pola permainan yang akan dipakai, terutama disesuaikan dengan kharakter pemain yang ada. Karena yang cukup terasa berkurang di musim ini, dibanding dua musim sebelumnya, adalah produktivitas gol. Banyak orang berpendapat ini akibat mandulnya Sheva, sebagai tandemnya Drogba, yang tadinya sangat diharapkan. Sekilas ini benar. Terbukti memang musim ini “The Blues” sangat bergantung pada Drogba. Tetapi sebenarnya hal ini tidak lepas dari pola permainan yang diterapkan Mourinho.

Masuknya Ballack di sektor tengah, yang malah menjadi salah satu pemain “The Untouchable” Mourinho, menyebabkan berkurangnya jatah satu pemain di gelandang. Ini karena peran Ballack yang cenderung tak jelas. Membantu penyerangan, jelas menjadi tugas yang sejak semula diemban Lampard. Sementara yang berperan sebagai gelandang bertahan lebih tepat bila dilakukan oleh Makalele atau Obi Mikel. Walhasil, peran Ballack hanya menjadi perantara belaka. Membantu penyerangan dan membantu pertahanan. Memang, sektor tengah jadi lebih kuat karenanya, tetapi kharakternya menjadi lebih defensif, karena harus mengorbankan satu posisi di sayap, yang sebenarnya sebelumnya menjadi inti kekuatan Chelsea. Kita tahu di sana ada Joe Cole, Arjen Robben dan Shaum Right-Philip, yang sangat cepat.

Rotasi pemain juga harus mulai sering dilakukan. Ini karena musim depan, selain main di liga Priemer, Chelsea juga harus berlaga di banyak turnamen. Mourinho tak lagi harus bergantung pada beberapa pemain inti, yang bila mereka tak bisa main menyebabkan pola permainan yang kalang kabut. Dalam hal ini Mourinho agaknya harus belajar pada Rafael Benitez, yang sukses menerapkan sistem rotasi di Liverpool, tanpa banyak mengurangi kekuatannya. Pemain-pemain muda harus sering diberi kesempatan, untuk menjaga regenerasi. Yang perlu dipikirkan juga adalah mencari tandem yang lebih tajam buat Drogba. Sheva agaknya kurang bisa diharapkan. Apalagi mengingat usianya yang juga tak lagi muda.

Selain itu, yang juga sangat penting adalah menjaga stabilitas tim. Ketidak-akuran Mourinho dan Abramovich yang sempat mencuat, mau tak mau berpengaruh pula bagi motivasi para pemain. Abramovich harus lebih belajar bersabar, karena tekanan yang berlebih justru juga tak bagus. Terbukti musim ini. Tekanan harus meraih quadruple, malah membuat Terry cs. kerap grogi, sehingga banyak menyia-nyiakan kesempatan. Kini harapan hanya tinggal di piala FA (selain piala Carling yang sudah ditangan tentunya).

Demikianlah, musim ini harus menjadi pelajaran dan introspeksi buat Mourinho dan jajaran The Blues pada umumnya. Biar saja, gelar hilang untuk sementara. Tahun depan kita ambil lagi. Dan yang penting, pertandingan melawan MU Kamis depan dan di final piala FA: harus menang!

Gimana Om Mo?