Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Sukamekar di Kampung Ciharum Desa Sukamekar Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur didirikan oleh para petani hutan tahun 2005. Tujuannya meningkatkan kesejahteraan anggota dengan mengoptimalkan potensi hutan yang berada di pangkuan desa Sukamekar. Kini jumlah anggotanya mencapai 300 orang dengan 10 orang pengurus.
“Mereka terdiri dari penyadap getah pinus, petani tumpangsari dan para pekerja di tebangan,” kata A Juhana, sang ketua, saat ditemui beberapa waktu lalu. LMDH tersebut mengelola hutan pangkuan desa Sukamekar yang masuk wilayah pengelolaan RPH Campaka BKPH Sukanagara Utara Perum perhutani KPH Cianjur. Luasnya 1.071,08 Ha, terdiri dari tegakan Pinus, rasamala, pulai, acacia mangium, mindi dll.
“Kami bersama-sama Perhutani mengelola hutan,” ujar Juhana. Sejak tahun 2007, LMDH telibat dalam kegiatan pembuatan tanaman dengan hasil yang sangat baik. Sebanyak 47 anggota aktif menjadi penyadap getah pinus. Anggota juga menjadi tenaga kerja pada saat dilakukan kegiatan tebangan. Limbah tebangan/kayu bakarnya dapat mereka manfaatkan dengan gratis.
Para petani hutan memanfaatkan lahan dengan tumpang sari padi gogo, kacang-kacangan, jagung dan cabe. Hasilnya dirasakan sangat membantu perekonomian mereka.
“Kami pun turut mengamankan hutan,” lanjut Juhana. Angka gangguan hutan terbukti terus menurun. Tahun 2007, di wilayah tersebut tercatat terdapat 2 LA (laporan kepolisian atas kehilangan pohon). Tahun 2008 angka tersebut menurun menjadi hanya 1 LA. Dan sejak 2009 tidak ada lagi LA. “Kami terus melakukan penyadaran kepada para penggarap untuk membantu pengamanan,” lanjutnya.
Keberadaan mereka ternyata menarik perhatian pemerintah daerah setempat. Melihat potensi yang baik dari kelompok tersebut, Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur pun memberikan bantuan ternak sapi. “Pada 2007 – 2008 kami mendapat sebanyak 50 ekor sapi. Bila diuangkan nilainya kurang lebih Rp.500 juta,” kata Juhana.
Kini sapinya berkembang menjadi 80 ekor dan melibatkan sebanyak 28 orang peternak yang tersebar di beberapa kandang. “Kebutuhan pakan dicukupi dengan rumput gajah yang ditanam di sekitar kandang dan yang ditanam di bawah tegakan dalam kawasan hutan.”
Mereka juga mengembangkan kopi arabika di bawan tegakan. Penanaman kopi kopi sudah dimulai sejak Tahun 2008 seluas 16,30 Ha. Pada tahun 2009, Perhutani KPH Ciajur memberikan bantuan pinjaman PKBL sebesar 15 juta rupiah. Pinjaman tersebut sebagian digunakan untuk persemaian kopi. Tahun 2011 direncanakan untuk memperluas penanaman kopi yang sampai 70 Ha yang bibitnya didapat dari hasil persemaian tersebut.
Tahun 2010, mereka kembali mendapat bantuan dari Dinas Peternakan berupa pembangunan satu Unit rumah kompos dengan mesin pembuat kompos. Juga bantuan dari Gubernur melalui Dinas Pertanian berupa pupuk sebanyak 3 ton.
Keberadaan LMDH, tidak hanya dirasakan oleh para anggota, tetapi juga oleh warga masyarakat lain. Seiring dengan kondisi permodalan LMDH yang membaik, mereka pun menyelenggarakan program-program sosial.
Sekretariat yang mereka bangun, mereka fungsikan sebagai tempat belajar 24 anak PAUD dan Posyandu. LMDH juga membantu membangun Madrasah di kampung, membantu pembuatan balai tempat belajar di luar ruangan Sekolah Dasar, membangun MCK, membantu perbaikan jembatan desa, serta menyantuni anak yatim.
“Kami pun memberikan bantuan biaya pengobatan bagi anggota yang sakit,” kata Juhana.
Kini, Pengurus LMDH punya obsesi lain. Yaitu giat menanamkan kembali nilai-nilai gotong royong di tengah masyarakat yang hampir pudar.
“Kami sering menggerakkan anggota LMDH untuk bersama-sama membantu memperbaiki rumah warga yang rusak,” ujar Juhana.
Sebuah kiprah rakyat kecil yang indah.
Catatan: tulisan ini dimuat di Duta Rimba
“Mereka terdiri dari penyadap getah pinus, petani tumpangsari dan para pekerja di tebangan,” kata A Juhana, sang ketua, saat ditemui beberapa waktu lalu. LMDH tersebut mengelola hutan pangkuan desa Sukamekar yang masuk wilayah pengelolaan RPH Campaka BKPH Sukanagara Utara Perum perhutani KPH Cianjur. Luasnya 1.071,08 Ha, terdiri dari tegakan Pinus, rasamala, pulai, acacia mangium, mindi dll.
“Kami bersama-sama Perhutani mengelola hutan,” ujar Juhana. Sejak tahun 2007, LMDH telibat dalam kegiatan pembuatan tanaman dengan hasil yang sangat baik. Sebanyak 47 anggota aktif menjadi penyadap getah pinus. Anggota juga menjadi tenaga kerja pada saat dilakukan kegiatan tebangan. Limbah tebangan/kayu bakarnya dapat mereka manfaatkan dengan gratis.
Para petani hutan memanfaatkan lahan dengan tumpang sari padi gogo, kacang-kacangan, jagung dan cabe. Hasilnya dirasakan sangat membantu perekonomian mereka.
“Kami pun turut mengamankan hutan,” lanjut Juhana. Angka gangguan hutan terbukti terus menurun. Tahun 2007, di wilayah tersebut tercatat terdapat 2 LA (laporan kepolisian atas kehilangan pohon). Tahun 2008 angka tersebut menurun menjadi hanya 1 LA. Dan sejak 2009 tidak ada lagi LA. “Kami terus melakukan penyadaran kepada para penggarap untuk membantu pengamanan,” lanjutnya.
Keberadaan mereka ternyata menarik perhatian pemerintah daerah setempat. Melihat potensi yang baik dari kelompok tersebut, Dinas Peternakan Kabupaten Cianjur pun memberikan bantuan ternak sapi. “Pada 2007 – 2008 kami mendapat sebanyak 50 ekor sapi. Bila diuangkan nilainya kurang lebih Rp.500 juta,” kata Juhana.
Kini sapinya berkembang menjadi 80 ekor dan melibatkan sebanyak 28 orang peternak yang tersebar di beberapa kandang. “Kebutuhan pakan dicukupi dengan rumput gajah yang ditanam di sekitar kandang dan yang ditanam di bawah tegakan dalam kawasan hutan.”
Mereka juga mengembangkan kopi arabika di bawan tegakan. Penanaman kopi kopi sudah dimulai sejak Tahun 2008 seluas 16,30 Ha. Pada tahun 2009, Perhutani KPH Ciajur memberikan bantuan pinjaman PKBL sebesar 15 juta rupiah. Pinjaman tersebut sebagian digunakan untuk persemaian kopi. Tahun 2011 direncanakan untuk memperluas penanaman kopi yang sampai 70 Ha yang bibitnya didapat dari hasil persemaian tersebut.
Tahun 2010, mereka kembali mendapat bantuan dari Dinas Peternakan berupa pembangunan satu Unit rumah kompos dengan mesin pembuat kompos. Juga bantuan dari Gubernur melalui Dinas Pertanian berupa pupuk sebanyak 3 ton.
Keberadaan LMDH, tidak hanya dirasakan oleh para anggota, tetapi juga oleh warga masyarakat lain. Seiring dengan kondisi permodalan LMDH yang membaik, mereka pun menyelenggarakan program-program sosial.
Sekretariat yang mereka bangun, mereka fungsikan sebagai tempat belajar 24 anak PAUD dan Posyandu. LMDH juga membantu membangun Madrasah di kampung, membantu pembuatan balai tempat belajar di luar ruangan Sekolah Dasar, membangun MCK, membantu perbaikan jembatan desa, serta menyantuni anak yatim.
“Kami pun memberikan bantuan biaya pengobatan bagi anggota yang sakit,” kata Juhana.
Kini, Pengurus LMDH punya obsesi lain. Yaitu giat menanamkan kembali nilai-nilai gotong royong di tengah masyarakat yang hampir pudar.
“Kami sering menggerakkan anggota LMDH untuk bersama-sama membantu memperbaiki rumah warga yang rusak,” ujar Juhana.
Sebuah kiprah rakyat kecil yang indah.
Catatan: tulisan ini dimuat di Duta Rimba