Rabu, April 04, 2007

Mengenang Chrisye

CHRISYE meninggal. Dan saya terkenang beberapa hal tentang dia.

Meski bukan penggemar fanatiknya, tetapi saya banyak juga menyukai lagu-lagu Chrisye. Saya masih ingat lagu pertama yang saya suka adalah ..ah entah apa judulnya, namun penggalannya seperti ini:

Di malam sesunyi ini
Aku sendiri, tiada yang menemani
Akhirnya kini kusadari, dia telah pergi
Tinggalkan diriku
dst.

Lagu itu cukup terkenal ketika saya masih kecil, mungkin kelas 3 atau 4 SD. Kesan saya adalah, ini penyanyi penampilannya aneh: mirip wanita karena suaranya halus dan rambutnya panjang, gayanya kaku dan hampir tanpa ekspresi, tetapi lagunya enak. Saya sering melihatnya di acara Album Minggu Kita TVRI waktu itu. Dan dari lagu itulah saya mengingat Chrisye sebagai penyanyi. Baru kemudian saya tahu bahwa dia juga lah yang menyanyikan lagu-lagu semacam: Hip-hip Hura-hura, Anak Sekolah dan Lilin-lilin Kecil yang pernah saya dengar sebelumnya di radio.

Saya juga suka pada lagunya yang kemudian. Judulnya ..ah juga tak ingat, tetapi dia menceritakan tentang penyesalan seorang yang jatuh cinta pada pada kekasihnya, tapi sayang dia telah berdua. Liriknya seperti ini:

....
Mengapa ini harus terjadi?
Kita bertemu saat dirimu
Tak lagi sendiri, cobalah engkau sadari
Mana mungkin lagi,
kita berdua kan menyatu?
Dst.

Itu lagu Chrisye yang paling saya suka hingga kini. Entah, mungkin karena liriknya yang kuat, entah karena sering mengalami.. ha ha..

Menjelang saya lulus SD, kalo gak salah, Chrisye membuat album barang Rafika Duri dan Trio Libels dengan hits Hening dan Kidung, yang sempat menjadi lagu wajib remaja-remaja seangkatan kami. Pernah juga, kalo juga gak salah, dia meremark lagu Koes Plus Cintaku Tlah Berlalu, yang kemudian diikuti oleh Kembar Group.

Ketika menjelang kelulusan SMP teman-teman sering menyanyikan lagu ini:

Resah rintik hujan,
Yang terhenti menemani
Sunyinya malam ini
Sejak dirimu jauh dari pelukan
Dst.

Saya baru tahu belakangan kalo lagu itu juga lagunya Chrisye. Ketika dia meluncurkan album lagu-lagu lamanya terutama yang ia buat bersama Eros Djarot, saya juga suka beberapa lagu seperti: Merepih Alam, Merpati Putih dan Malam Pertama. Nada-nadanya indah, dan liriknya kuat.

Pada album-album Chrisye kontemporer saya jatuh cinta pada lagu-lagu: Andai Aku Bisa ciptaan Dani dan Bebi dan Seperti Yang Kamu Minta bikinan Pongky. Tetapi ketika dia membikin Album Dekade yang mendaur ulang lagu-lagu lama terkenal saya tak terlalu mengapresiasinya. Baru ketika Chrisye membuat album dengan musisi-musisi muda seperti Dani Ahmad, Peter Pan dan Ungu saya kembali suka lagu-lagu semacam: Menunggumu dan Jika Surga dan Neraka tak Pernah Ada.

Belakangan, saya juga sedang gandrung dengan lagu lama Chrisye yang dinyanyikan kembali dengan baik oleh Ari Lasso:

...
Kini, semua bukan milikku
Musim itu tlah berlalu
Matahari segera berganti

Badai pasti berlalu..
Badai pasti berlalu...

Hmm... selamat jalan mas Chris!

Senin, Maret 19, 2007

Keajaiban

PERNAH mengalami keajaiban? Saya pernah, beberapa kali. Saya sebut keajaiban karena dia datang tanpa terduga pada saat-saat paling kritis, yang menolong saya bisa selamat dari sesuatu hal. Seakan-akan ada campur tangan Tuhan secara langsung pada saat itu terjadi. Dan dalam hidupku, ada beberapa kejadian yang selalu saya ingat, yang saya merasa itu sebagai keajaiban.

Pertama terjadi beberapa tahun lalu, semasa baru lulus kuliah. Pada saat itu saya hidup dalam kondisi yang sangat prihatin karena belum mendapatkan pekerjaan, sedangkan kiriman orang tua juga sudah terhenti. Untuk menyambung hidup saya melakukan berbagai cara seperti mengikuti proyek-proyek kecil, membantu teman bikin laporan, skripsi atau thesis atau apa pun yang bisa menghasilkan uang. Namun begitu karena hal-hal tersebut tak selalu ada, saya kerap mengalami masa-masa sulit. Bahkan untuk makan pun kadang tak punya sama sekali. Bila sudah begitu biasanya saya menggunakan langkah terakhir yang paling tak saya suka: meminjam ke teman atau mengutang ke warung. Hal itu berlangsung hampir selama delapan bulan, sampai saya kemudian diterima bekerja di tempat yang sekarang ini.

Nah pada masa-masa itulah pada suatu kali ada sebuah momen yang membuat saya sangat takjub. Saya masih ingat peristiwanya terjadi selepas maghrib. Pada saat itu sudah beberapa minggu tak mendapatkan job, sehingga persediaan uang sudah tak bersisa. Mau meminjam uang, bingung pada siapa lagi, karena hampir semua teman yang ‘memungkinkan’ dipinjami sudah saya pinjami. Padahal malam itu saya lapar sekali karena belum makan. Mau mengutang ke warung malu karena sudah terlalu sering. Bingung, lapar dan tak tahu apa yang harus dilakukan, akhirnya saya berjalan tak ada tujuan ke arah luar kampus (meski sudah lulus saya masih tinggal di asrama mahasiwa yang terletak di dalam kampus). Dalam hati berdoa mudah-mudahan ada seseorang yang bisa menolong.

Dan doa saya terkabul. Di tengah perjalanan, di keremangan maghrib yang gerimis dan sepi itu tiba-tiba saya melihat selembar uang tergeletak di jalan yang akan saya lewati, mungkin seribu rupiah. Dengan gembira dan tak sempat memperhatikan lebih detil, lembaran itu saya raih dan langsung dimasukkan ke saku, sekilas terlihat warnanya merah: ternyata sepuluh ribu. Lumayan, cukup untuk tiga hari makan. Tetapi ketika dirasa-rasa kemudian ternyata lembaran itu terbuat dari plastik. Karena penasaran, lembaran itu saya keluarkan kembali dan ternyata: seratus ribu rupiah.

Malam itu saya langsung makan di rumah makan Padang, membayar utang-utang dan membeli mie untuk persediaan. Saya tak tahu uang siapa jatuh pada saat itu. Tetapi siapa pun itu, di sini saya ingin mengucapkan terima kasih, dan memohon keikhlasannya karena telah saya pergunakan. Semoga Tuhan membalasnya dengan berlipat-lipat. :)

Ketika test masuk kerja pun saya merasakan ada keajaiban. Karena beberapa bulan sebelumnya saya menderita sakit yang cukup parah. Saya pikir dengan kondisi seperti itu saya tidak akan lulus test kesehatan. Tenyata satu minggu sebelum test saya pulih dengan ajaib. Padahal saya juga tidak berobat karena tak punya uang.

Terakhir, kemarin. Dalam beberapa bulan terakhir saya merasakan beban finansial yang cukup berat. Entah, selalu saja ada yang harus saya keluarkan. Parahnya, dana yang diinvestasikan pada seorang teman juga macet karena dia terkena musibah. Mau menagih piutang ke beberapa teman dan saudara juga kebayang takkan memperoleh hasil. Mereka selalu menganggap saya jauh dari masalah-masalah seperti ini. Padahal defisit terus memarah. Puncaknya beberapa hari yang lalu ketika saya harus membayar sebuah kewajiban yang cukup besar. Di hari itu saya terasa dunia begitu sesak.

Bingung karena tak tahu harus dari mana mendapatkan uang, saya teringat buku kumpulan doa karangan seorang ustad Haryono. Malam itu saya membuka-bukanya dan mencoba mengamalkan beberapa doa. Besoknya, saya pergi ke ATM, iseng-iseng mengecek honor tulisan dari sebuah majalah. Apa yang terjadi? Ketika melihat saldonya saya hampir berteriak tak percaya: disana tercatat saldo tabungan yang semula hanya beberapa ribu rupiah telah bertambah menjadi beberapa juta. Heran bercampur gembira saya mencoba sekali lagi, ternyata benar. Sampai sekarang saya belum tahu asal uang itu. Dugaan sementara uang berasal itu dari program tabungan jangka panjang yang sempat saya ikuti beberapa waktu yang lalu. Mungkin karena tak juga terpenuhi saldo minimumnya pihak bank menghentikannya dan mengembalikan ke rekening saya. Tetapi apapun itu, yang jelas saya sangat tertolong, karena dia hadir tepat pada saat yang diperlukan. Saya merasakannya sebagai sebuah keajaiban.

Kejadian-kejadian tersebut membuat saya yakin bahwa hidup memang sudah diatur. Sesuatu bila belum waktunya, takkan bisa bagaimanapun kita berusaha. Sebaliknya, bila memang sudah sampai waktunya, Tuhan akan memberi jalan bagaimanapun caranya.

Hmm... sedikit berbau anti-eksistensialis? Mungkin. Yang jelas saya percaya bahwa adalah kewajiban kita untuk terus berusaha.

Jumat, Maret 16, 2007

C i n t a

KONON ada dua metode untuk membangkitkan motivasi seseorang sehingga dapat bekerja 'lebih', yaitu dengan: 'menakut-nakuti' dan 'mengiming-imingi'. Bahasa kerennya: Stick and Carrot System atau Reward and Punishment System, seperti yang mulai digandrungi Perhutani sekarang-sekarang ini. Menakut-nakuti artinya membuat seseorang takut bila tak dapat melakukan atau mencapai target sesuai yang ditetapkan si pemberi perintah. Contohnya, seorang boss mengancam akan memecat sales-nya bila tak dapat mencapai target pejualan tertentu. Ketakutan akan ancaman itu akan membuat si sales mengerahkan segenap daya upaya yang dimilikinya untuk mencapai target yang ditetapkan tersebut.

Menakut-nakuti mungkin adalah metoda pembangkit motivasi paling primitif dan efektif yang dikenal manusia. Pernah dengar anekdot tentang seseorang yang tiba-tiba bisa melompati sungai yang sangat lebar, hanya karena ngeri dikejar anjing? Atau pernah nonton film Forrest Gump, si lumpuh yang tiba-tiba bisa berlari kencang karena takut dijailin teman-temannya? Itu bukti keampuhan metode ini. Mengapa begitu ampuh? Karena dia merangsang bangkitnya potensi paling besar dalam diri manusia yang kerap tersembunyi: daya untuk survive. Tak ada yang lebih keras pada manusia selain upayanya dalam bertahan hidup. Makanya, meski kuno, teknik ini masih banyak dianut dalam ilmu manajemen modern.

Tetapi ada kekurangan dalam metode ini. Karena sifatnya yang menekan maka selalu ada perasaan terpaksa mengiringi pelaksanaannya. Ini akan berimplikasi pada beberapa kemungkinan. Misalnya: hanya efektif bila dilakukan pengawasan ketat. Bila tidak diawasi, maka dia akan berlaku seperti semula, atau malah lebih parah. Persis bunyi iklan: Patuh Karena Ada yang Lihat. Pada kasus lain bisa terjadi keberhasilan yang dicapai hanyalah keberhasilan semu. Karena menghindari sanksi yang menakutkan, maka dilakukan rekayasa sedemikian rupa sehingga seakan-akan target benar-benar berhasil diraih. Yang penting selamat pada saat dilakukan pemeriksaan. Ketika sang pemeriksa pulang, baru kelihatan aslinya yang ancur-ancuran. Kondisi tertekan, pada satu titik, juga bisa menimbulkan sikap antipati, lebih jauhnya bisa menimbulkan perasaan dendam, sehingga tidak bagus untuk hubungan antar personal. Serta kekurangan-kekurangan lain yang bisa diidentifikasi lebih lanjut.

Karena itu para ahli kemudian menyarankan untuk lebih mengedepankan metode kedua (meskipun dengan tidak harus meninggalkan yang pertama), yaitu dengan 'mengiming-imingi'. Dia tidak memaksa, tetapi berusaha membuat seseorang menginginkannya. Pada dasarnya, dia mengeksploitasi sifat manusia yang tak pernah puas. Agar seseorang tergugah motivasinya, maka ditawarkan atau dijanjikan bermacam-macam imbalan, baik berupa materil maupun yang sifatnya honouristic, bila dapat mencapai apa yang ditetapkan. Jadi lebih bersifat positif.

Meski kekuatannya kadang tak sedahsyat yang pertama (karena tak ada konsekwensi yang menakutkan meski tak tercapai) tetapi metode mengiming-imingi ini juga efektif untuk membangkitkan motivasi dan terutama yang ini relatif lebih 'manusiawi'. Pernah menonton film mengharukan karya sutradara Iran Abbas Kiarostami yang mengisahkan perjuangan seorang anak untuk memenangi sebuah perlombaan lari karena menginginkan hadiah sepasang sepatu buat adiknya yang ia hilangkan? Iming-iming ternyata juga memiliki kekuatan tersendiri untuk mengerakkan potensi tersembunyi seseorang.

Tapi metode ini juga tak lepas dari kekurangan. Selain kurang 'dahsyat' (lari seseorang yang mengejar hadiah seratus ribu perak tentu kalah cepat dari lari seseorang yang dikejar anjing, misalnya), teknik ini juga menyimpan potensi masalah. Misalnya: persaingan untuk mendapatkan penghargaan/imbalan menjadi rawan konflik dan menjadi arena sikut-sikutan. Apalagi bila ternyata parameternya tak jelas dan quotanya yang sangat terbatas. Orientasi imbalan, juga bisa mendidik orang menjadi lebih materialistis dan pamrih. Bila tak ada iming-iming hilanglah motivasi kerja. Maka timbul kasus-kasus dimana orang enggan melaksanakan tugas hanya karena tak ada uangnya, dsb.dsb.

Namun demikian, meski masing-masing memiliki kekurangan dan menyimpan potensi problem, metode atau sistem 'menakut-nakuti dan mengiming-imingi' ini banyak diterapkan dalam manajemen perusahaan modern. Ini dikarenakan efektifitasnya yang teruji dalam mencapai tujuan serta dampak positif lain yang dihasilkannya, seperti terpenuhinya rasa keadilan dimana orang yang bekerja baik tentu saja penghargaannya tidak boleh disamakan dengan yang bekerja asal-asalan, dapat merangsang kreativitas karyawan dsb. Untuk mengurangi efek negatifnya biasanya dilakukan berbagai variasi dan kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan.

Maka ketika Perhutani menyatakan akan (dan sudah mulai) menerapkan sistem Reward and Punishment (terutama Reward-nya) secara konsisten dan konsekwen, ini tentu saja adalah langkah maju, dan karenanya patut didukung. Ini artinya Perhutani sudah mulai menyadari akan pentingnya upaya melakukan 'manajemen motivasi' dalam menunjang kinerja perusahaan, yaitu dengan mendorong karyawannya untuk mau bekerja lebih. Dan dampaknya sudah cukup kelihatan, minimal itu saya lihat di lingkungan kecil kerja saya. Dalam bidang tanaman, misalnya. Semenjak di terapkan sistem Reward-Punishment, para mandor nampak lebih serius dalam memperhatikan lokasi tanamannya, meski juga sedikit menjadi lebih sensitif. Mereka juga bersuka cita ketika mendapatkan uang reward, meski nilainya tak terlalu besar. Nampak jelas, mereka kini merasa kerja kerasnya lebih dihargai.

Namun cukupkah semua itu memperbaiki keadaan? Cukupkah dia menggerakan motivasi segenap komponen rimbawan sehingga dapat menghasilkan daya juang yang dibutuhkan untuk membangun kembali hutan seperti yang dilakukan pendahulu-pendahulu kita dulu? Mungkin belum. Ada satu hal yang nampaknya tidak kita miliki dibanding kakek-nenek kita dulu. Satu hal yang sangat mendasar dan merupakan penggugah motivasi paling dahsyat, tanpa pamrih dan zonder paksaan. Apakah itu: Cinta. Ya, Cinta. Apapun tak kan berhasil tanpa Cinta, ujar Morihei Ueshiba. Dengan Cinta, kita akan tetap bekerja lebih meski tanpa diawasi. Tetap mencurahkan segenap kemampuan meski tanpa imbalan yang tinggi. Tetap antusias meski di tengah segala keterbatasan.

Dan Cinta itu tlah lama hilang. Ketika Bang Mus (Dr. Muslimin Nasution) berpesan jadilah Rimbawan Mujtahid, Mujaddid dan Mujahid dalam acara Mubes Sekar di Madiun kemarin, sebenarnya beliau mengingatkan kita akan hal ini, meski dengan bahasa lebih religius. Ikhlaslah, serunya, karena kita adalah yang terpilih sebagai pemegang amanah menyangga kehidupan manusia untuk generasi sekarang dan generasi mendatang, kita adalah Khalifatullah Fil'ardh itu.

Kita membutuhkan Cinta. Sayang, kita hidup di sebuah zaman yang tak ramah untuk spesies yang satu ini. Terjangan angin materialisme dan kerasnya persaingan hidup telah menggebah mereka entah kemana. Dan kini, di hari-hari ini, di setiap kertas yang kita tulis, setiap bibit yang kita tanam, setiap gram getah yang kita sadap, kita pun bertanya-tanya: dimana dia... dimana dia...

[Tulisan dibuat untuk majalah Duta Rimba, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Perum Perhutani, namun barangkali bermanfaat juga bila dipajang di sini :)]

Kamis, Februari 08, 2007

M e j a





+ Untuk tandatangan ini lewat berapa meja pak?
- Maksudnya?
+ Iya, kan kalo di dinas-dinas atau instansi biasanya....
- O, nggak Pak, gak usah. Kami gak gitu. Lengkapi saja syarat-syaratnya, nanti serahkan pada saya. Secepatnya kami proses.
+ O ya makasih kalo begitu Pak, permisi!


[ Selalu ada kebanggaan menjaga sejumput idealisme usang, di tengah beratnya himpitan hidup dan terpaan godaan yang menyerang tak kenal ampun ]

Selasa, Januari 23, 2007

Deception Point

SEBUAH batu meteor raksasa dengan bukti-bukti kehidupan extra-terresterial ditemukan NASA di Kutub Utara, tertimbun jauh di bawah lapisan es di kedalaman delapan ratus meter. Tentu saja ini sebuah berita besar yang akan sangat menggemparkan. Betapa tidak. Jika terbukti benar, penemuan ini jelas akan menjawab spekulasi yang berkembang lama tentang adanya kehidupan lain selain bumi. Selama ini, tak pernah ada bukti ilmiah yang meyakinkan dugaan tersebut yang menyebabkan banyak orang skeptis dan menganggap semuanya hanya omong kosong. Tidak sedikit memang pengakuan-pengakuan dari beberapa pribadi yang menyatakan pernah melihat bentuk kehidupan lain tersebut di bumi, seperi UFO, alien dll, tetapi tak ada satu pun bukti otentik yang menguatkannya. Kini bukti itu telah ditemukan. Tak diragukan lagi: ini adalah sebuah penemuan besar dalam sejarah manusia.

Yang lebih menghebohkan lagi adalah momentumnya. Batu meteor ditemukan NASA justru di tengah badai serangan hebat terhadapnya. Kegagalan NASA dalam membuktikan peran pentingnya dalam kehidupan masyarakat selama ini, yang padahal telah dibiayai begitu mahal oleh pemerintah Amerika Serikat, dijadikan isu panas kampanye seorang senator ambisius dalam upaya merebut kursi kepresidenan. Proyek NASA dianggap hanya menghambur-hamburkan uang dan nyaris tak penah ada penemuan penting yang dilakukan, di saat Amerika membutuhkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Isu itu banyak menarik simpati masyarakat yang membuat sang senator berada di puncak popularitas sekaligus menekan posisi sang presiden pada titik nadir. Dan penemuan ini jelas akan membalikkan keadaan 180 derajat.

Tetapi Zachary Herney, sang presiden AS yang sedang terpojok itu, tidak mau tergesa-gesa. Benar, bahwa isu ini akan menguatkan kembali posisinya yang sedang terdesak hebat, bahkan akan membalikkan keadaan. Juga benar penemuan ini akan membahagiakan banyak orang yang berharap besar pada teknologi. Tetapi, sebagai seorang yang dikenal hati-hati dan penuh perhitungan dalam membuat segala keputusan, ia tak berani gegabah. Penemuan itu harus diverifikasi terlebih dahulu sebelum diumumkan ke publik. Maka diutuslah lima orang ke kutub utara. Empat orang dari kalangan ilmuwan terkemuka: Michael Tolland seorang ahli geologi kelautan muda yang simpatik dan populer, Corky Marlinson seorang pemenang penghargaan di bidang astrofisika, Dr. Wailee Ming ahli Paleaontologi UCLA dan Norah Mangor seorang pakar dalam persaljuan. Ditambah satu orang lagi dengan alasan khusus: Rachel Seton, putri sang Senator yang cantik dan tidak begitu akur dengan sang ayah, yang bekerja sebagai agen pemerintah di NRO (National Reconnaisance Office).

Singkat cerita, setelah melakukan serangkaian pengujian, kelima orang tersebut berhasil membuktikan bahwa penemuan itu memang otentik, dan layak untuk dipublikasikan. Maka acara konferensi pers besar-besaran pun dipersiapkan. Pengumuman akan dilakukan langsung oleh presiden dari Gedung Putih dan juga dilakukan telecoference dengan Administratur NASA, Lawrence Ekstrom, langsung dari sebuah habisphere di kutub utara.

Semua berjalan dengan baik, sampai pada beberapa saat sebelum pengumuman dilaksanakan. Sebuah keanehan kecil terlihat oleh Dr. Ming. Ketika ia berusaha menyelidikinya, ia malah tewas secara misterius. Keanehan juga dirasakan oleh empat yang lain, yang memaksa mereka untuk melakukan verifikasi berbahaya: menguji kerapatan salju dari luar habisphere. Ketika melakukan pengujian di tengah badai salju tersebut, mereka diserang oleh beberapa orang terlatih. Dr. Mangor terbunuh, tetapi tiga yang lain dapat menyelamatkan diri dengan dramatis.

Sementara itu, menjelang pengumuman, pertarungan politik antara presiden dan senator Sexton semakin panas. Intrik-intrik dilakukan oleh kedua belah pihak, terutama oleh tokoh kunci staf kampanye masing-masing: Gabriele Ashe dari pihak Sexton dan Majorie Tench dari pihak presiden Herney. Dalam sebuah debat di televisi, Tench berhasil membuat Sexton yang tak hati-hati terpancing. Situasi seakan memihak pada sang Senator, sampai pada saat pengumuman dilaksanakan.

Keadaan menjadi samakin seru ketika Rachel dan Tolland dalam pelariannya ternyata menemukan adanya unsur rekayasa dalam penemuan itu. Tetapi ketika mencoba menghubungi presiden untuk membatalkan pengumuman, mereka dijegal Tench. Upaya Rachel meminta bantuan Bill Packering, bossnya di NRO, malah membuat dirinya makin terancam.

Apa yang terjadi selanjutnya? Rekayasa macam apa yang dilakukan? Siapa yang berada di balik semua itu? Lebih baik anda membacanya sendiri. Ini adalah buku ke-empat (dan kedua yang saya baca) dari Dan Brown, setelah Angel and Demond (A&D), Digital Fortress (DF) dan tentu saja The Da Vinci Code (TDVC) yang menghebohkan itu. Konon di negara asalnya buku ini terbit pertama kali tahun 2001, namun baru sampai ke kita pada Oktober 2006. Jika sebelumnya daya tarik cerita adalah ramuan sejarah dan Iptek (A&D dan DF) serta teologi dan seni (TD VC), maka kali ini Brown mengangkat kemenarikan isu ET yang diramu dalam kelindan dimensi politik, yang dibumbui dengan pernak-pernik intelejen dan tetap dihiasi oleh rajutan Iptek yang rumit. Dan seperti ketiga buku sebelumnya, keunggulan Brown dalam buku terbarunya ini adalah riset yang mendalam tentang segala aspek yang diceritakan. Alur-alur cerita yang rumit dan di luar dugaan menjadi "logis" dengan dasar data-data riset tersebut. Jika dalam TDVC diembel-embeli dengan: segala deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen dan ritus rahasia adalah akurat, maka di buku ini disebutkan: semua teknologi yang digambarkan benar-benar ada. Buku ini memang banyak juga menggambarkan bentuk-bentuk teknologi intelejen termutakhir.

Seperti TDVC, alur cerita Deception Point (DP) berjalan dengan sangat cepat, bahkan sedikit tergesa. Begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam waktu hanya satu hari. Tokoh yang menjadi sentral pun tetap khas hollywood: seorang lelaki tampan dan simpatik yang sedang menjomblo dan seorang gadis cantik yang berbakat dan belum punya kekasih (dan di happy endingkan dengan keduanya jadian di akhir cerita). Kejutan-kejutan di sepanjang cerita (atau justru bukan, bagi yang sudah mengenal Brown?) juga akan tetap ditemui. Namun begitu ada satu yang membedakan ketika kita membaca DP dibanding TDVC: sensasinya. Sensasi yang anda rasakan ketika membaca TDVC tak akan anda dapatkan di DP. Kita memang terkejut, penasaran dan kadang terpukau, tetapi semuanya tak ada yang nyangkut lama di hati. Tak ada emosi yang benar-benar terlibat. Setelah selesai, semuanya terasa seperti biasa, seperti ketika anda usai menonton film James Bond atau Mission Impossible.

DP memang trhiller jenis itu, tak lebih.