Maka kita pun kembali teringat pada diri Gie. Pada perjuangan-perjuangannya. Pada kegigihannya membela nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Pada ide-idenya tentang perubahan. Pada kritik-kritiknya yang lugas tapi menusuk. Pada kegelisahan-kegelisahannya akan nasib bangsa yang amat dicintainya. Pada keberpihakannya pada rakyat kecil dan tersisihkan. Pada pusi-puisinya yang impresif. Pada kecintaannya mendaki gunung. Dan pada kematiannya yang tragis di kala usia masih sangat muda.
Gie memang mati muda. Dia meninggal tepat satu hari sebelum ulang tahunnya ke-27 di puncak Semeru. Tapi bukan berarti tidak banyak yang ia lakukan. Di usianya yang pendek itu, Gie telah mengisi hidupnya dengan benderang. Sejarah mencatat bahwa pengaruh dan karya-karyanya tak sependek umurnya. Semangatnya, idealismenya terus menjadi inspirasi perjuangan generasi-generasi selanjutnya, yang merindu keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Gie pun menjadi legenda. Sebagian orang membandingkannya dengan Che Ghuevara, yang sohor dan sama-sama mati muda itu. Sebagian yang lain menyesali kematiannya yang begitu cepat. Sebagian lagi, memujanya sebagai pejuang yang tetap konsisten dan lurus hingga akhir hayatnya.
Kita berharap, akan masih banyak Gie-Gie baru yang lahir dan bertumbuh di negeri ini.
1 komentar:
semoga kegigihan Gie mampu menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda indonesia dalam berbuat kebajikan :-)
Posting Komentar