Selasa, Juni 14, 2005

B a l i


Image hosted by Photobucket.com AKHIRNYA, saya ke Bali juga. Sebuah tempat yang, di masyarakat kita, diam-diam ternyata memberikan citra tersendiri bagi orang yang pernah berkunjung ke sana: bisa menimbulkan kebanggaan dan gengsi. Bangga karena memiliki pengalaman lebih dari tetangga atau teman (tentu saja yang belum bisa ke sana). Gengsi karena dapat menunjukkan bahwa kita memiliki uang yang lebih sehingga dapat berwisata sejauh itu (saya tinggal di tempat yang dalam pandangan saya cukup jauh dari Bali). Bisa juga agar tidak kehilangan gengsi karena kita tidak terlalu ketinggalan dari tetangga (yang selalu menyombongkan diri karena pernah ke sana). Atau yang lain-lain. Yang jelas, kadang-kadang saya membutuhkan juga salah satu dari alasan-alasan tersebut.

Tapi Bali memang eksotis, dan lain. Kesan saya, dari kunjungan singkat itu, mengatakan bahwa memang pantas bila Bali menjadi tujuan wisata nomor wahid di negeri ini, baik bagi pelancong lokal maupun asing. Ini disebabkan karena Bali memang memiliki beberapa keunikan yang jarang ditemui di tempat lain.

Pertama, eksotisme alamnya. Perpaduan antara udara tropis dan pantai-pantainya yang indah, menjadi surga bagi para pelancong asing --meski, mungkin, bagi kita tidak terlalu aneh. Lanskap pedesaannya yang dicirikan oleh bangunan-bangunan khas diseling pesawahan yang menghamparhijau teratur, menambah eksotisme Bali.

Kedua, karena tradisinya yang memang unik. Tradisi yang mengakar dari sisa-sisa budaya Hindu yang beratus tahun lalu pernah berjaya berabad-abad di nusantara ini, dan kini menjadi barang yang "aneh". Banyak di tempat lain yang menjadi "masa silam", ternyata masih hidup di Bali. Bangunan-bangunan batu, ukiran, agama Hindu dan tata cara persembahyangannya, gapura-gapura dan patung-patung adalah untuk menyebut beberapa di antaranya. Selain itu tarian, nama, bahasa dan logat serta pakaian adat dan lain-lain juga memberikan kontribusi terhadap identitas unikum Bali.

Ketiga, yang paling menarik, adalah karena kesetiaan masyarakatnya memegang erat tradisi tersebut sampai kini. Bahkan itu terjadi di tengah-tengah pergaulannya dengan budaya-budaya global yang dibawa para pelancong asing. Religiusitas mereka mengagumkan saya. Di mana-mana selalu terlihat semangat mereka meng-"hadir"-kan Tuhan, dengan membangun tempat-tempat pemujaan. Di rumah, kantor, sekolah, toko, sawah atau gunung, dengan bentuk-bentuk yang artistik. Dan yang menarik adalah mereka selalu menempatkan tempat pemujaan itu di depan, seakan-akan merupakan bagian utama dari sebuah bangunan. (Bandingkan dengan bila kita membuat mushola, biasanya berupa ruangan sisa, sempit dan terletak di paling belakang. Seakan-akan itu aksesoris belaka).

Ditambah hal keempat, yaitu karena Bali hanyalah sebuah pulau, pulau yang kecil, maka menjadikannya menjadi istimewa. Akan lain halnya juga bila Bali sebesar Pulau Jawa misalnya. Keunikannya tidak akan terlalu kentara. Barangkali hal-hal unik itulah yang membuat Bali menjadi menarik.

Yang unik memang selalu menarik. Tapi yang penting adalah, kini bila ada orang yang bertanya: "Sudah pernah ke Bali?". Saya akan dengan mantap menjawab: "Sudah, gitu loks!".

4 komentar:

Anonim mengatakan...

kok rusak ya?

Anonim mengatakan...

eh.. udah baik lagi

Rollick mengatakan...

gara-gara enetation ngambek, saya harus ganti coment linknya nih. saya coba di blogger aja ah.

Anonim mengatakan...

sampe bali oge, jang? aya bayawak teu?